kilatmedia.com – Ancaman Deepfake dan Rekayasa Sosial di Tengah Maraknya Layanan Keuangan Digital. Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (Ojk), antara th 2017 sampai 2021, sebanyak 2.593 cabang bank fisik sudah ditutup, tapi terhadap waktu yang mirip berlangsung perkembangan transaksi digital sampai tiga kali lipat.
Kenyataan ini menandakan berlimpah bank yang sudah mengerti adanya penurunan keperluan untuk kehadiran fisik gara-gara kemajuan teknologi yang cepat didalam perbankan digital.
Belakangan ini sejumlah corporate perbankan dan sistem e-commerce ternama di Indonesia terhubung layanan dan pelaksanaan bank digital. Antara lain Jenius by Btpn, Livin by Bank Berdikari, Allobank, MNC Bank, dan Bank Jago.
Tapi, menurut Country Manager Advance.Ai (Corporate solusi big information dan artificial intelligence/ai) Ronald Molenaar, kecepatan digitalisasi wajib sesuai bersama manajemen risiko yang tepat dan kepatuhan pada keputusan.
“Terutama didalam menghadapi agresi kriminal kian canggih terhitung bukti diri sintetis, peniruan bukti diri (Deepfake), dan penipuan rekayasa sosial,” kata Ronald lewat keterangannya, Jumat (30/9/2022).
Regulator layaknya OKJ memfasilitasi transisi digital onboarding Indonesia supaya bukan semata-mata mulus, tapi juga kondusif dan terjamin.
Sejumlah ketetapan sudah diperkenalkan untuk beragam proses ekyc (Electronic Know Your Customer) untuk menghambat dan mengidentifikasi pencucian uang, pendanaan terorisme dan juga meminimalisir risiko pencurian bukti diri dan scamming (Penipuan).
Manajemen Penipuan dan Risiko di Jaman Digital
ronald meniai di sedang perkembangan perbankan digital pasca-pandemi Covid-19, juga berjalan peningkatan kesibukan ilegal mulai berasal dari pencurian bukti diri, kesibukan phishing, dan penipuan akun.
“Di Indonesia sendiri, Indonesia Anti-Phishing Knowledge Exchange (Idadx) mencatat keseluruhan 3.180 agresi phishing di domain internet Indonesia (Dot.Id) terhadap kuartal pertama tahunan 2022,” ucapnya mengimbuhkan.
Di luar sektor perbankan digital, kepemilikan aset kripto di Indonesia terhitung yang tertinggi secara dunia, bersama dengan hampir 41 % masyarakat Indonesia bersama pendapatan year lebih berasal dari Us$ 14.000 punya aset kripto.
Berdasarkan knowledge paling akhir Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, jumlah investor aset kripto di Indonesia terhadap Februari 2022 mencapai 12,4 juta investor.
Tapi jumlah dan nilai penipuan kripto yang tinggi semakin mengkhawatirkan. Secara dunia, tersedia penipuan senilai Us$ 14 miliar di kripto terhadap year 2021.
“Indonesia menyumbang 11 prosen berasal dari keseluruhan korban penipuan kripto terhadap 2019, tertinggi kedua di global. Angka-Angka itu perlihatkan kerentanan konsumen dan bursa Indonesia pada penipuan dan peretasan semacam tersebut,” kata Ronald.
Menyeimbangkan Penemuan dan Bantuan Konsumen
dengan sedikitnya 25 corporate perdagangan kripto berlisensi di Indonesia, BAPPEBTI juga baru-baru ini menghentikan penerbitan sertifikat pendaftaran bagi calon pedagang aset kripto.
“Menanggapi ancaman keamanan ini, langkah-langkah keamanan yang lebih ketat harus diterapkan oleh bank, forum layanan keuangan, pertukaran kripto, dan sistem multi-finance,” tutur pria yang mempunyai pengalaman selama 20 tahunan di bidang teknologi, keuangan, dan fintech.
Itulah sebabnya manajemen information, keamanan, dan kepatuhan bagi tiap tiap pelanggan jadi perhatian signifikan bagi usaha di era mendatang.
Ronald berujar, bersama dengan mengenakan Ai, big knowledge, dan machine learning, tak terhitung berasal dari proses ini sanggup didigitalkan dan diotomatisasi ke taraf akurasi yang lebih tinggi, turunkan biaya dan sumber energi yang dibutuhkan sekaligus menghambat risiko reputasi.
“Bank, baik tradisional atau digital, multi-finance, dan corporate kripto juga kudu mengevaluasi dan menilai kawan mana yang tepat bagi mereka didalam aspek ini, dan apakah mereka punyai keahlian, talenta, dan teknologi yang diperlukan untuk menopang mereka,” ujarnya memungkaskan.
Hanyalah bersama dengan begitu peluang yang dihadirkan oleh jaman digital bisa sepenuhnya diselaraskan dan dimanfaatkan untuk menyeimbangkan penemuan dan dukungan konsumen.