kilatmedia.com – Ini Sejumlah Modus Peretasan yang Menimpa Awak Redaksi Narasi. 20 awak redaksi Narasi kena retas terhadap Sabtu, 24 September 2022. Adapun sistem yang dibajak hacker adalah akun Facebook, Instagram, Telegram, dan Whatsapp. Ini merupakan kejadian kesekian kalinya, di mana aktivis dan jurnalis Indonesia mengalami peretasan.
Berkaitan peretasan yang menyita perhatian publik dan jurnalis ini Ahli Keamanan Siber Pratama Persadha menjelaskan tersedia segudang cara di dalam meretas awak redaksi Narasi.
“Secara tehnis memang terlalu mungkin tindakan peretasan ke sejumlah aset digital seseorang layaknya media sosial dan pelaksanaan pesan instant. Dapat bersama dengan malware, lalu juga dapat bersama dengan terhubung One Time Password (Otp),” kata Pratama lewat keterangannya, Senin (26/9/2022).
Ia memaparkan cara terhubung OTP ini sanggup bersama lebih dari satu cara, pertama bersama dengan memalsukan bukti diri lalu membawa dampak sim card di provider. Kedua, bersama dengan terhubung OTP melalui akses provider telekomunikasi.
Pratama menuturkan, cara yang paling enteng adalah memalsukan dokumen KTP dan singgah ke kantor cabang provider telekomunikasi meminta pergantian sim card.
“Mereka mampu mengaku sebagai pemilik nomor bersama memalsukan KTP disesuaikan registrasi terdaftar tadi. Ini amat amat mungkin sebab tersedia knowledge bocor registrasi sim card sebelumnya, menjadi sanggup digunakan,” ucapnya.
Tak hanya tersebut, pelaku peretasan juga mampu jalankan akses pada OTP provider telekomunikasi yang dibantu layanan pihak ketiga, tujuannya untuk beroleh OTP yang dikirimkan sehabis tersedia request berasal dari pelaksanaan.
“Menjadi, pelaku bukan kudu mengirimkan pesan penipuan untuk meminta OTP ke sasaran, hal ini yang kerap ditunaikan oleh para penipu bersama dengan mengaku kasir minimarket dan meminta Otp,” paparnya.
Pratama sendiri mengaku dulu mengalami peretasan, di mana akun Whatsapp dan Telegram miliknya sempat diambil alih hacker.
“Saya sendiri dulu jadi korban peretasan Telegram dan Whatsapp. Sempat diambil alih pelaku, menjadi OTP yang harusnya masuk ke device saya diambil oleh pelaku lebih dahulu dan bukan masuk ke device saya. Tetapi akun sanggup saya ambil kembali dikarenakan mengaktifkan two factor authentication (2fa),” ungkapnya.
“Didalam masalah saya, para pelaku bukan meminta Otp, gara-gara sepertinya mereka miliki akses untuk meraih Otp. Gara-gara tersebut wajib ditunaikan cek ke layanan pihak ketiga yang menolong OTP provider telekomunikasi,” sambung Pratama.
Ia pun menjabarkan lebih dari satu bisnis yang sanggup dijalankan untuk menghindar aset digital kami diambil melalui cara take over via pergantian sim card di provider atau intersept di provider.
“Minimal kami mengaktifkan 2fa di pelaksanaan pesan instant dan media sosial, supaya pas nomor kami diambil alih pihak lain, mereka belum pasti dapat login. Di lebih dari satu pelaksanaan lebih-lebih udah secara default kami diminta memasukkan PIN tambahan tak sekedar password dan Otp, menjadi tersedia pengamanan tambahan,” saran Pratama.
Menjadi, ia melanjutkan, untuk menghindari peretasan Whatsapp dan media sosial lainnya, minimal mesti mengaktifkan 2fa terhadap seluruh akun medsos dan pesan instant yang kami memiliki.
“Tidak cuman tersebut, jangan lupa memasang antivirus, antimalware terhadap smartphone kami,” Pratama memungkaskan.
Kronologi Peretasan
pemimpin Redaksi Narasi Zen Rs Menjelaskan, bisnis peretasan pertama berlangsung menyasar akun Whatsapp milik Akbar Wijaya atau Jay, tidak benar seorang produser @Narasinewsroom.
Jay mengaku terima pesan singkat lewat Whatsapp lebih kurang pukul 15.29 WIB yang memuat sejumlah tautan.
Tapi, Jay bukan mengklik satu pun tautan di dalam pesan singkat itu, namun hampir seketika tersebut juga (Kurang lebih 10 detik sehabis pesan singkat tersebut dibaca), ia udah kehilangan kendali atas akun/nomor Whatsapp-Nya.
“Sampai kini, tidak cuman akun Whatsapp yang belum dapat diakses oleh Jay, apalagi nomor teleponnya sendiri belum dapat dikuasai pemiliknya,” tutur Zen.
“Semenjak waktu tersebut, sampai 2 jam berikutnya, satu per satu bisnis meretas akun-akun media sosial awak redaksi berjalan,” tambah Zen.
Berdasarkan penelusuran secara keseluruhan, fakta terkuak bahwa bisnis peretasan ternyata telah terjadi semenjak Jumat sore 23 September 2022. Hal tersebut dimulai berasal dari 3 akun Telegram awak redaksi narasi, dua di antaranya produser dan manajer Mata Najwa yang udah berusaha diretas dan tidak benar satu di antaranya berhasil masuk.
“Sejauh yang tercatat sampai pernyataan ini dibuat, bisnis peretasan terjadi pada 11 awak redaksi yang berasal berasal dari bermacam level, berasal dari pemimpin redaksi, manajer, produser sampai reporter,” urai Zen.
Dia memastikan, sistem Telegram dan Facebook jadi dua sistem yang paling segudang mengalami bisnis peretasan, sebagian berhasil masuk ke akun Telegram dan Facebook. Tapi kini, pihak Narasi telah berhasil menguasainya lagi.
Berkenaan Kerja Jurnalistik?
Zen enggan berspekulatif, perihal penyebab dugaan peretasan apakah mengenai kerja-kerja jurnalistik yang dijalankan oleh Redaksi Narasi.
Tetapi yang tentu, bisnis tentang dikerjakan secara serentak agar berpola dan berasal berasal dari pelaku yang bisa saja besar serupa.
“Mayoritas bisnis peretasan berasal berasal dari IP Adress dan perangkat yang identik. Hasil inspeksi internal yang kita laksanakan menemukan IP Adress itu memakai tidak benar satu ISP lokal,” kata Zen.
Zen mengingatkan kepada para pihak lain yang merasa dihubungi oleh awak redaksi Narasi dan meminta hal-hal yang bukan mengenai bersama kerja-kerja jurnalistik, atau hal mencurigakan lainnya untuk diabaikan. Lebih-lebih, bila kudu melaporkan kepada Redakai Narasi.
“Langkah-Langkah pencegahan dan respons lainnya yang relevan telah, tengah dan akan kita melaksanakan. Kita meminta pihak-pihak berkenaan, terhitung provider dan sistem, bersedia menolong kita untuk menelisik rentetan kejadian ini,” tandas Zen.
Narasi Akan Tempuh Jalur Hukumterkait hal itu, Zen sedang mempertimbangkan supaya insiden ini dibawa ke jalur hukum.
“Akan (Melapor ke polisi),” tegas Zen.
Zen memberikan, bisnis peretasan tersebut menyasar beraneka sistem yang digunakan, berasal dari Facebook dan Instagram sampai Telegram dan Whatsapp. Dia menjelaskan, bisnis peretasan pertama berjalan menyasar akun Whatsapp milik Akbar Wijaya atau Jay, tidak benar seorang produser @Narasinewsroom.
“Jay mengaku terima pesan singkat lewat Whatsapp lebih kurang pukul 15.29 WIB yang memuat sejumlah tautan. Tetapi, Jay bukan mengklik satu pun tautan di dalam pesan singkat itu, tapi hampir seketika tersebut juga (Lebih kurang 10 detik sesudah pesan singkat tersebut dibaca), ia udah kehilangan kendali atas akun/nomor Whatsapp-Nya,” urai Zen.
“Sampai kini, tidak sekedar akun Whatsapp yang belum mampu diakses oleh Jay, apalagi nomor teleponnya sendiri belum mampu dikuasai pemiliknya dan waktu tersebut, sampai 2 jam berikutnya, satu per satu bisnis meretas akun-akun media sosial awak redaksi berjalan,” lanjut Zen.
Berdasarkan penelusuran secara keseluruhan, fakta terkuak bahwa bisnis peretasan ternyata telah berjalan semenjak sehari sebelumnya. Terhadap Jumat sore (23/9). Hal tersebut dimulai dadi 3 akun Telegram awak redaksi Narasi, dua di antaranya produser dan manajer Mata Najwa yang telah berusaha diretas dan tidak benar satu di antaranya berhasil masuk.
“Sejauh yang tercatat sampai pernyataan ini dibuat, bisnis peretasan berjalan berasal berasal dari beragam level, berasal dari pemimpin redaksi, manajer, produser sampai reporter,” urai Zen.
Zen memastikan, sistem Telegram dan Facebook jadi medium yang paling segudang mengalami bisnis peretasan, sebagian berhasil masuk ke akun Telegram dan Facebook. Tetapi kini, pihak Narasi udah berhasil menguasainya lagi.